28 Agustus 2009

Konfrontasi Indonesia - Malaysia

Latar belakang
Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Britania Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya untuk membentuk Malaysia.


Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.


Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris. Dia menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.


Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Malaysia apabila mayoritas di daerah yang ribut memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB. Tetapi, pada 16 September, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan. Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian yang dilanggar dan sebagai bukti imperialisme Inggris.


“ Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak. ”
Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-injak lambang negara Indonesia[1] dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia.


Perang
Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase. Tanggal 3 Mei 1963 di sebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Sukarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang isinya:


Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia
Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia.


Pada 27 Juli, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.
Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.
Federasi Malaysia resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei menolak bergabung dan Singapura keluar di kemudian hari.


Ketegangan berkembang di kedua belah pihak Selat Malaka. Dua hari kemudian para kerusuhan membakar kedutaan Britania di Jakarta. Beberapa ratus perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta dan juga rumah diplomat Singapura. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur.


Di sepanjang perbatasan di Kalimantan, terjadi peperangan perbatasan; pasukan Indonesia dan pasukan tak resminya mencoba menduduki Sarawak dan Sabah, dengan tanpa hasil.
Pada 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di bulan Mei dibentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengkoordinir kegiatan perang terhadap Malaysia (Operasi Dwikora). Komando ini kemudian berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dani sebagai Pangkolaga. Kolaga sendiri terdiri dari tiga Komando, yaitu Komando Tempur Satu (Kopurtu) berkedudukan di Sumatera yang terdiri dari 12 Batalyon TNI-AD, termasuk tiga Batalyon Para dan satu batalyon KKO.


Komando ini sasaran operasinya Semenanjung Malaya dan dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris sebaga Pangkopur-I. Komando Tempur Dua (Kopurda) berkedudukan di Bengkayang, Kalimantan Barat dan terdiri dari 13 Batalyon yang berasal dari unsur KKO, AURI, dan RPKAD. Komando ini dipimpin Brigjen Soepardjo sebagai Pangkopur-II. Komando ketiga adalah Komando Armada Siaga yang terdiri dari unsur TNI-AL dan juga KKO. Komando ini dilengkapi dengan Brigade Pendarat dan beroperasi di perbatasan Riau dan Kalimantan Timur.
Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor.


Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service(SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan khusus Indonesia (Kopassus) tewas dan 200 pasukan khusus Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).


Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan ditangkap oleh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan bakinya ditangkap oleh Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.


Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif.


Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing.


Pada Januari 1965, Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak permintaan dari Malaysia. Pasukan Australia menurunkan 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special Air Service. Ada sekitar empat belas ribu pasukan Inggris dan Persemakmuran di Australia pada saat itu. Secara resmi, pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti penyerang melalu perbatasan Indonesia. Tetapi, unit seperti Special Air Service, baik Inggris maupun Australia, masuk secara rahasia (lihat Operasi Claret). Australia mengakui penerobosan ini pada 1996.


Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.


Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan Angkatan Laut Malaysia di Sampurna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun gagal. Pasukan Indonesia mundur dan tidak penah menginjakkan kaki lagi di bumi Malaysia. Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia.


Akhir konfrontasi
Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya G30S/PKI. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda.
Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.

Malingsia dan Indonsial: Persepsi Mahasiswa Malaysia dan Indonesia

Page 1 of 5Salah satu tugas saya sebagai dosen tamu di Universiti Malaya adalah terlibat dalam salah satu penelitian (di samping memberi kuliah kepada dua kelas, dan memaparkan dua makalah dalam seminar di Departemen). Kebetulan pada masa saya bertugas di UM (Jan-Juli 2008), di internet sedang berkembang dua web/blog yang saling melontarkan kata-kata agresif dan tak senonoh. Kedua web/blog itu adalah www.malingsia.com dan www.indonsial.blogspot.com . Web pertama nampaknya dibuat oleh orang Indonesia untuk melecehkan orang Malaysia, dan sebaliknya web/blog yang kedua dibuat oleh orang Malaysia untuk mengimbangi kelakuan orang Indonesia yang tidak menyukai Malaysia tersebut.

Ketidak sukaan penulis web "malingsia" terhadap orang Malaysia disebabkan oleh tiga isu besar yang pada saat itu sedang berkembang, yaitu isu sempadan/perbatasan Pulau Ambalat dan Sipadan, isu pencurian karya-karya seni Indonesia sebagai karya bangsa Malaysia (Lagu: Rasa Sayange, batik dan reog/barongan), dan isu tentang TKI/TKW yang tidak
diperlakukan dengan baik oleh orang-orang Malaysia.

Sebaliknya web/blog "Indonsial" berisi penghinaan terhadap orang Indonesia yang dipandang sebagai bodoh, kriminal, setaraf dengan budak sehingga patut dianiaya dsb.

Keprihatinan terhadap gejala web yang tidak sehat ini diangkat antara lain dalam tiga tulisan dalam Jakarta Post tanggal 11 Januari 2008, yaitu oleh Dewi Fortuna Anwar, Bantarto Bandiri dan dalam rubrik Editorial. Selain itu di UI dan UM sudah ada beberapa penelitian yang mempermasalahkan hubungan yang kurang baik antara kedua negara jiran. Semua tulisan itu berkesimpulan bahwa hubungan bilateral Indonesia-Malaysia tidak selalu baik, justru ada api dalam sekam yang sewaktu-waktu bisa menyala jika terpicu oleh hal-hal sensitif seperti web-web yang saling melecehkan itu.

Karena itu, saya usulkan kepada Ketua Jabatan (Departemen) tempat saya bekerja ketika itu, yaitu Jabatan Antropoloji dan Sosioloji, Fakulti Sastera dan Sains Sosial (FSSS), Universiti Malaya, Dr Jas Laile, untuk meneliti tentang persepsi mahasiswa Malaysia dan Indonesia terhadap web/blog tersebut. Objektif kajian (tujuan penelitian) adalah
untuk mengetahui persepsi mahasiswa kedua bangsa tentang web/blog tersebut, isu-isu yang dibahas dalam web/blog tersebut, dan bagaimana kaitannya dengan persepsi mereka tentang isu-isu politik, ekonomi, sosial budaya dan media.

Tim peneliti diketuai oleh Dr Jas Laile, dengan anggota beberapa orang staf pengajar dari FSSS UM, termasuk saya dan seorang Indonesia lain, sdr. Yogi Suprayogi, MSc (staf pengajar Unpad) yang waktu itu menjadi pensyarah (dosen) tamu di UM. Dari Lembaga Penelitian Psikologi Fakultas Psikologi UI, saya minta bantuan Ringking Korah, MSi, dan Intan Indira, MSc.

Tulisan ini dibuat untuk teman-teman saya yang ingin mengetahui hasil penelitian ini, tetapi bukan laporan penelitian. Hasil penelitian sendiri belum dipublikasikan, bahkan masih dalam proses penulisan. Karena itu tulisan ini hanya untuk diketahui secara terbatas dan tidak untuk tujuan dikutip atau disebar luaskan ke pihak-pihak yang tidak berhak, khususnya media massa.

Sumber: http://sarlito.hyperphp.com/my-stories/my-stories-.../malingsia-dan-indonsial-persepsi-mahasiswa-malaysia-dan-indonesia.html

Daftar beberapa kebudayaan Indonesia yg diklaim malaysia ataupun negara lain

Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun negara lain:

1. Batik dari Jawa oleh Adidas
2. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
5. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
6. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
7. Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda
8. Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda
9. Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda
10.Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing
11.Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
12.Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
13.Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
14.Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
15.Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
16.Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
17.Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
18.Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
19.Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
20.Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Perancis
21.Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris
22.Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
23.Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika
24.Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd
25.Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
26.Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda
27.Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang
28.Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
29.Kain Ulos oleh Malaysia
30.Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
31.Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
32.Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

Sumber: http://budaya-indonesia.org/iaci/Data_Klaim_Negara_Lain_Atas_Budaya_Indonesia

24 Agustus 2009

Ironisme Kebangsaan Dalam Sebuah Kontes Musik Indi

Kemarin malam saya menonton acara kontes musik Indi di televisi. Seperti biasa, setelah setiap peserta band mengadu bakat mereka, para juri memberikan penilaiannya masing-masing.
Awalnya sih, acara berlangsung biasa-biasa saja bagi saya. Tapi tiba-tiba saya kaget dengan komentar salah satu juri. Sehabis salah satu peserta band unjuk kebolehannya, si juri berkomentar “Kalian ini masih masih Indonesia banget”.

Loh, ada apa dengan menjadi Indonesia? Setahu saya, aliran musik Indi itu mengadopsi dari kata Independent. Mereka yang tersebut dalam Indi, musiknya tidak berada dalam jenis musik mainstream pasar. Mereka adalah orang-orang out of mainstream, alias kreatif. Begitu juga dari segi pembuatan, pendistribusian, promosi, dan penjualan. Bahkan juga tidak bergantung dan menggantungkan dirinya pada industri musik yang orientasinya bergantung pada pasar. Tidak pernah saya temukan, bahwa musik Indi itu harus berkiblat pada musik dari negara manapun.

Lain halnya kalau si Juri berkata begitu di rumahnya atau di pos hansip. Paling-paling yang mendengar dia hanya segelintir orang saja. Dia tidak sadar bahwa apa yang diucapkannya didengarkan oleh seluruh orang yang menonton acara tersebut di televisi. Jangkauannya tidak 1 atau 10 kilometer saja, tapi sangat lebar. Terpikir nggak ya sama dia, tidak menutup kemungkinan kalau yang mendengar anak usia belasan tahun yang masih mencari jati diri. Bisa-bisa, anak-anak itu berpikir : “wah, kalau begitu menjadi Indonesia, berarti tidak keren” Ironis…. Disaat bangsa Indonesia membutuhkan tunas-tunas muda yang siap berjibaku untuk kemajuan bangsa, malah disuguhi sebuah pencitraan bahwa menjadi bagus atau keren adalah dengan menjadi bukan Indonesia banget.


Ini sama dengan keprihatinan saya pada pandangan miring sebagian orang terhadap musik Melayu. Akar bangsa Indonesia adalah bangsa Melayu. Tapi banyak musisi Indonesia yang kalap ketika grup pengusung aliran Melayu mulai unjuk gigi. Para musisi itu beranggapan bahwa musik Melayu meracuni musik Indonesia. Sebuah pernyataan yang mengerikan karena keluar dari mulut orang yang berkulit sama kuning, berambut sama hitam, bernapas dengan udara yang sama, berpijak pun di tanah melayu, di Indonesia.


Saya juga penikmat musik dari karya musisi luar Indonesia. Sama dengan olahraga, musik bisa digunakan sebagai alat jitu pemersatu ratusan suku bangsa di dunia. Di mata saya, tidak ada suatu karya musik sebuah bangsa yang lebih unggul derajatnya dibandingkan dengan karya musik bangsa lain. Yang membuat berbeda adalah bagaimana penghargaan orang terhadap musik sebuah bangsa, berdasarkan bangsa itu menilai musik dari musisi bangsa itu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya bangsanya sendiri. Jadi, bagaimana mengharapkan bangsa lain menghargai kita apabila kita sendiri tidak mau menghargai karya bangsa sendiri?.


Saya tidak menutup mata terhadap banyak kekacauan yang sedang terjadi di negri kita. Tapi saya tidak malu untuk mengatakan bahwa saya adalah orang Indonesia asli 100%. Darah saya adalah darah Indonesia, bahwa di dalam darah saya mengalir darah Jawa dan Tionghoa, itu adalah kekayaan bangsa Indonesia. Dan saya yakin, disela-sela kekacauan politik, ekonomi dan segala tetek bengek kebejatan yang sedang bergumul dengan bumi Indonesia, Indonesia adalah sebuah negeri yang indah, penuh warna, bersejarah, dan besar. Jadi, dengan lantang saya ucapkan: YA. SAYA ADALAH ORANG INDONESIA BANGET.


dicomot dari : http://sitinurdina.wordpress.com/

23 Agustus 2009

Terlambat 1 bulan

Lela menyambut suaminya (Mansyur) pulang dari kantor dengan senyum mesra.
"Abang, aye terlambat satu bulan, kita bakal punya orok" kata Lela
"Tapi berhubung tadi baru pake test pack, jangan kasih tau siapa2 yah, entar malu kalo kaga jadi"
Besok paginya ada tukang tagih listrik mengetok pintu.
Setelah dibukakan situkang tagih bilang,
"Maaf bu, anda terlambat satu bulan..."
"Hah dari mana kamu tau ?" sahut Lela.
"Ini ada dicatatan kami" kata tukang tagih.
"Haaah..masa sampe ada dicatatanmu ?"
kaget Lela.

Besok paginya Mansyur marah2 ke kantor pembayaran listrik.
"Bagaimana ini, koq kamu bisa tau istri Gue terlambat satu bulan .....?"
teriak Mansyur.
"Sabar pak sabar....kalau bapak pengen catatan itu dihapus...bapak tinggal bayar aja pada kami"
kata petugas.
(Wah pemerasan nih) pikir Mansyur.
"Lah kalo Gue nekat ngga mau bayar ?" tanya Mansyur.
"Punya bapak kami putus !" jawab petugas
"Waduh...kalo punya Gue diputus, istri gue dirumah pake ape? tanya Mansyur.
"Yah...istri bapak kan bisa pake LILIN...." jawab petugas

09 Agustus 2009

Dilarang menerjemahkan bahasa komputer ke bahasa Indonesia

Anda tahu kenapa?
sebab akan sangat berbahaya sekali, apalagi kalau diajarkan di sekolah,
lihat contoh berikut

  1. Hardware = Barangkeras
  2. Software = Baranglembut
  3. Joystick = Batang gembira
  4. Plug and play = Colok dan main
  5. Port = Lubang
  6. Server = Pelayan
  7. Client = Pelanggan

Try to translate this :
(Silahkan coba untuk menterjemahkan kalimat di bawah)

ENGLISH
The server provides a plug and play service for the
clients using either hardware and software joystick.
Just plug the joystick into the server port and enjoy it.

INDONESIA
Pelayan itu menyediakan layanan colok dan main untuk
pelanggannya dengan menggunakan batang gembira jenis keras atau lembut.
Cukup dengan memasukkan batang gembira itu ke lubang pelayan dan nikmati.

Tambahannya:
If you can't use Joystik, You can Change with mouse is pluged into the server port and enjoy it.

Jika kau tidak dapat menggunakan Batang gembira, kau dapat menggantikan dengan tikus dimasukan ke lubang pelayan dan nikmati.


05 Agustus 2009

Nasionalisme

"Nasionalisme" adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.


Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.




Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini.


Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya.


04 Agustus 2009

Nasionalisme Dalam Hati

Seorang facebooker berinisiatif mengajak kawan-kawan sesama facebooker Indonesia untuk memerah-putihkan facebook selama 20 hari penuh di bulan Agustus. Nantinya dengan seluruh facebooker Indonesia mengganti profile picture-nya dengan Sang Dwiwarna akan bisa memecahkan rekor memerah-putihkan facebook. Kalau soal mengganti foto okelah saya setuju, tapi kalau memecahkan rekor, terus terang dari awal saya pesimis bahwa seluruh facebooker Indonesia mau mengganti profile picture-nya dengan bendera merah-putih atau hal yang berbau kebangsaan.

Namun, meski pesimis hal itu dapat memecahkan rekor, karena saya bangga jadi orang Indonesia, maka saya ajak hampir seluruh teman-teman facebook saya untuk memerah-putihkan facebook. Dan yang bersedia mengganti profile picture-nya (saya kirimkan juga contoh-contoh gambar aneka bendera merah-putih) tak sampai 50 orang dari hampir ratusan facebooker yang saya ajak, hahaha!

Alasan mereka hampir seragam. Pertama, tak tahu cara mengganti foto profil (profile picture) menggunakan ponsel karena mereka ber-facebook ria tiap hari menggunakan ponsel. Kedua, merasa nasionalisme tak perlu ditunjukkan dalam foto tapi cukup dalam hati. Bahkan seorang teman saya bilang apakah nasionalisme itu wajib? Bukankah nasionalisme itu yang penting ada dalam hati saja? Waah, seperti lagu milik kelompok vokal Warna, Dalam Hati Saja, hehehe!

Padahal tidak selamanya foto merah-putih itu dipasang dalam facebook mereka. Hanya 20 hari selama bulan Agustus, menyambut kemerdekaan RI. Kemudian setelah itu mereka bisa mengganti dengan foto apapun yang mereka mau.

Saya jadi berpikir dengan pernyataan teman saya itu. Mungkin negara ini selalu kalah dengan bangsa lain karena rakyatnya tak punya rasa nasionalisme apalagi patriotisme. Rakyat yang tak punya nasionalisme dan patriotisme akan malu pakai baju dan sepatu buatan negeri sendiri. Hal ini mungkin yang membuat posisi tawar Indonesia dalam perdagangan dengan Singapura dan Malaysia lemah sekali.

Juga para pejabat yang tak punya nasionalisme dan patriotisme jadi salah kaprah menerapkan sekolah internasional, membuat pendidikan di Indonesia kacau-balau dengan kurikulum dan kebijakan yang gonta-ganti.

Itu semua karena orang sudah malu jadi orang Indonesia. Orang sudah tak paham lagi mengapa pentingnya nasionalisme di tunjukkan tak hanya disimpan dalam hati saja.

Kalau nasionalisme tidak disimpan dalam hati, bangsa lain akan segan terhadap kita. Contohlah seperti bangsa Jepang, misalnya. Mereka bangga menjadi bangsa Jepang dengan tetap menggunakan bahasa ibu mereka ketika berhadapan dengan orang asing, dan menggunakan maskapai penerbangan negeri mereka sendiri ketika bepergian keluar negeri. Bahkan meski industri Jepang menerapkan politik dumping, warganya tetap berbondong-bondong membeli produk hasil negeri mereka sendiri.

Lalu ada pula Amerika Serikat, meski negeri itu sering jadi biang kerok hancurnya perdamaian dunia, warganya tidak menyembunyikan nasionalisme dalam hati saja. Mereka punya "Uncle Sam" sebagai lambang patriotisme. Mereka juga dengan bangga menyatakan "right or wrong is my country."

Lihat juga Venezuela, Presiden Hugo Chazes tidak pernah menyuruh rakyatnya menyimpan semangat nasionalisme dan patriotisme dalam hati saja. Dengan begitu, meski negara itu menantang negara adikuasa namun ia tetap dihormati dan pemimpinnya disegani.

Jadi, nasionalisme tidak bisa disimpan dalam hati saja karena itu merupakan salah satu bentuk pertahanan bangsa. Kalau sebuah bangsa nasionalismenya hanya dalam hati saja itu berarti mempercepat kepunahan bangsan itu sendiri.

Tapi, menurut saya, ada hal mendasar yang membuat orang enggan mengganti foto dirinya dengan foto Sang Dwiwarna. Orang kuatir eksistensi diri dan ketenarannya di facebook berkurang jika ia memasang foto yang tidak memajang wajahnya, hehehehe..

Dengan demikian saya berani menyatakan bahwa saya tak bangga jadi rakyatmu, saya hanya bangga jadi orang Indonesia, MERDEKA!!!

------------------------------------------------------------------------------
nasionalisme : satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris “nation”) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.

patriotisme : sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara.
------------------------------------------------------------------------------

Dicomot dari: rayakawula.wordpress.com

01 Agustus 2009

Merah Putih di Facebook


Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 64 tahun mari kita memerah putihkan facebook. Jadikan salah satu gambar-gambar ini sebagai photo profil di facebook kamu.

Ganti donk sementara profile pic-nya pk bendera merah putih.. cuma smpe tgl 20 kok! Kan negeri qta mo ultah nih, ksh kado dikit laah..ya..yaaa?
Ambil gambarnya dsini :

http://www.facebook.com/profile.php?id=833348008&ref=profile#/album.php?aid=2019045&id=1003429553&ref=mf