Awalnya sih, acara berlangsung biasa-biasa saja bagi saya. Tapi tiba-tiba saya kaget dengan komentar salah satu juri. Sehabis salah satu peserta band unjuk kebolehannya, si juri berkomentar “Kalian ini masih masih Indonesia banget”.
Loh, ada apa dengan menjadi Indonesia? Setahu saya, aliran musik Indi itu mengadopsi dari kata Independent. Mereka yang tersebut dalam Indi, musiknya tidak berada dalam jenis musik mainstream pasar. Mereka adalah orang-orang out of mainstream, alias kreatif. Begitu juga dari segi pembuatan, pendistribusian, promosi, dan penjualan. Bahkan juga tidak bergantung dan menggantungkan dirinya pada industri musik yang orientasinya bergantung pada pasar. Tidak pernah saya temukan, bahwa musik Indi itu harus berkiblat pada musik dari negara manapun.
Lain halnya kalau si Juri berkata begitu di rumahnya atau di pos hansip. Paling-paling yang mendengar dia hanya segelintir orang saja. Dia tidak sadar bahwa apa yang diucapkannya didengarkan oleh seluruh orang yang menonton acara tersebut di televisi. Jangkauannya tidak 1 atau 10 kilometer saja, tapi sangat lebar. Terpikir nggak ya sama dia, tidak menutup kemungkinan kalau yang mendengar anak usia belasan tahun yang masih mencari jati diri. Bisa-bisa, anak-anak itu berpikir : “wah, kalau begitu menjadi Indonesia, berarti tidak keren” Ironis…. Disaat bangsa Indonesia membutuhkan tunas-tunas muda yang siap berjibaku untuk kemajuan bangsa, malah disuguhi sebuah pencitraan bahwa menjadi bagus atau keren adalah dengan menjadi bukan Indonesia banget.
Ini sama dengan keprihatinan saya pada pandangan miring sebagian orang terhadap musik Melayu. Akar bangsa Indonesia adalah bangsa Melayu. Tapi banyak musisi Indonesia yang kalap ketika grup pengusung aliran Melayu mulai unjuk gigi. Para musisi itu beranggapan bahwa musik Melayu meracuni musik Indonesia. Sebuah pernyataan yang mengerikan karena keluar dari mulut orang yang berkulit sama kuning, berambut sama hitam, bernapas dengan udara yang sama, berpijak pun di tanah melayu, di Indonesia.
Saya juga penikmat musik dari karya musisi luar Indonesia. Sama dengan olahraga, musik bisa digunakan sebagai alat jitu pemersatu ratusan suku bangsa di dunia. Di mata saya, tidak ada suatu karya musik sebuah bangsa yang lebih unggul derajatnya dibandingkan dengan karya musik bangsa lain. Yang membuat berbeda adalah bagaimana penghargaan orang terhadap musik sebuah bangsa, berdasarkan bangsa itu menilai musik dari musisi bangsa itu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya bangsanya sendiri. Jadi, bagaimana mengharapkan bangsa lain menghargai kita apabila kita sendiri tidak mau menghargai karya bangsa sendiri?.
dicomot dari : http://sitinurdina.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar anda...